Kamis, 17 Februari 2011
Cinta yang Membelenggu
Cinta yang Membelenggu
OPINI | 27 December 2010 | 10:25 21 0 Nihil
Setelah ijab-kabul diikrarkan, dua insan yang sudah terikat janji suci perkawinan akan membentangkan layar pertanda biduk rumah tangga mulai mengarungi lautan kehidupan. Setelah itu, cinta akan terlihat secara jujur, karena tidak ada tabir pembatas lagi bagi sepasang suami-istri dalam berinteraksi.
Itu berbeda dengan ketika cinta tidak berada dalam bingkai suci perkawinan, misalnya dalam pacaran, yang biasanya penuh kebohongan yang dibalut oleh kata manis yang membuai dan melenakan.
Dalam perkawinanlah cinta akan diuji seiring dengan berbagai ujian kehidupan rumah tangga, seiring pengetahuan akan kelebihan dan kekurangan pasangan, yang mungkin jauh dari harapan awal sebelum menikah.
Tentunya pula, cinta terhadap pasangan akan diuji apakah cinta tersebut cinta yang melahirkan kemaslahatan, cinta yang mencerahkan, ataukah cinta yang membelenggu.
Secara tidak sadar, terkadang cinta kita terhadap pasangan adalah cinta yang membelenggu, cinta yang membuat pasangan kita tidak bisa mengembangkan potensi kebaikannya secara optimal, cinta yang membuat pasangan kita terkungkung bahkan mungkin tertekan dengan rutinitas sehari-hari, cinta yang membuat pasangan kita surut semangat dakwahnya dibandingkan sebelum menikah, cinta yang membuat pasangan turun semangat ibadahnya, dan sebagainya.
Suami yang mengatakan kepada istrinya, “Mi, Abi sangat bahagia Umi begitu setia dan tidak pernah mengeluh dengan rutinitas sehari-hari sebagai ibu dan istri, tapi Abi akan sangat bahagia juga kalau Umi mau memanfaatkan ilmu yang dimiliki untuk kemaslahatan umat,” adalah suami yang sedang menebarkan cinta yang berenergi positif.
Seorang istri yang merelakan suaminya (seorang sahabat Rasul) berjihad di medan perang, padahal malam itu adalah malam pengantin baru, bahkan diriwayatkan sang suami belum sempat mandi jinabat, adalah istri yang memiliki cinta yang agung.
Istri yang tanpa lelah selalu mendorong suaminya berkarya dan berkarya, sehingga waktunya bermanja pada suami pun jadi terbatas, adalah istri yang menebarkan cinta yang sifatnya prestatif.
Ketika seorang istri ingin selalu diperhatjkan oleh suami, sehingga sepulang kerja si suami itu tidak boleh keluar rumah meski untuk sekadar berolahraga seminggu sekali; ketika seorang suami lebih suka minta istrinya di rumah saja, dan di sisi lain ia tidak suka istrinya menuntut ilmu untuk menambah wawasan; ketika seorang istri selalu minta suaminya berjamaah di rumah dengan alasan untuk menjaga romantisme kehidupan rumah tangga, padahal jamaah di masjid adalah sunah muakkad bagi laki-laki; atau ketika seorang ibu yang begitu cintanya kepada anak balitanya sehingga selalu melarang buah hatinya melakukan hal-hal baru (sebatas yang tidak berbahaya); ketika itu pula sedang berlaku cinta yang membelenggu, cinta yang berenergi negatif, dan cinta yang tidak konstruktif, melainkan destruktif.
Sederhananya, cinta kita seharusnya merupakan cinta yang secara optimal mampu menumbuhkan potensi kebaikan pada orang yang kita cinta.
Rabu, 16 Februari 2011
Ingin Punya Anak, Lakukan Persiapan Holistik
Persiapan kehamilan maupun melahirkan tak hanya fisik, namun juga psikis bahkan perencanaan keuangan. Konsultasikan kebutuhan calon ibu kepada pakarnya, atau bertanyalah kepada keluarga.
* GramediaShop : Mengail Di Air Keruh
* GramediaShop : Aku Bebas Dari Jerat Narkoba
Sabtu, 3/7/2010 | 19:01 WIB
KOMPAS.com — Kehamilan adalah anugerah bagi pasangan suami istri atau pasutri. Namun, sudah waktunya kehamilan dipersiapkan secara holistik. Tak sekadar menyiapkan asupan nutrisi bagi ibu, tetapi juga perencanaan keuangan, psikologis pasutri, hingga periode pasca-kelahiran agar dapat mengoptimalkan tumbuh-kembang anak lebih menyeluruh.
Misi inilah yang ingin disampaikan PT Sari Husada dengan mengundang para pakar bidang kandungan, nutrisi, psikologi, perencanaan keuangan, dan penyembuhan holistik. Para pakar pun berbagi informasi melalui seminar bertema "Lactamil with You in Your Motherhood Journey" di Balai Kartini, Jakarta, Sabtu (3/7/2010).
Mencari pengetahuan seluas-luasnya, dalam kesempatan seperti ini, memang perlu dilakukan pasutri. Hal ini agar saat menjalani masa kehamilan hingga pasca-melahirkan, pasutri siap, baik dalam hal fisik, psikis, maupun ekonomi.
"Persiapan yang menyeluruh bagi calon ibu akan memengaruhi keselarasan pikiran, jiwa, dan kesehatan fisik," ujar Anastasia Inneke Sutadji, Direktur Marketing PT Sari Husada.
Sesi pertama seminar membahas mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan pasutri sebelum memutuskan memiliki anak. Sesi ini disampaikan oleh dr Noroyono Wibowo, SpOG, dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Adapun Ligwina Hananto, perencana keuangan, fokus kepada bagaimana merencanakan keuangan bagi pasutri menghadapi kehamilan, kelahiran, hingga masa mengasuh dan mendidik anak. Sementara itu, ahli nutrisi Sari Husada, Pafitri, menegaskan bahwa setiap ibu di awal kehamilan hingga menyusui membutuhkan ADIK. ADIK akronim dari Asam Folat, DHA, Iron, Kalsium, yang merupakan asupan nutrisi esensial.
Sesi kedua tak kalah seru, ketika psikolog Dr Rose Mini, MPsi, memaparkan pentingnya kesiapan psikis, baik bagi calon ibu maupun ayahnya. Empati dari calon ayah, kerja sama, dan komunikasi perlu dibangun antara pasutri yang berencana memiliki anak dan sedang menjalani masa kehamilan. Adapun Reza Gunawan, pakar penyembuhan holistik, menjelaskan metode gentle birth. Metode tersebut berarti merawat setiap periode kehamilan hingga pasca-melahirkan, juga bertujuan untuk mengoptimalkan tumbuh-kembang anak secara holistik, selain menghindari trauma persalinan.
Hamil dan melahirkan nyatanya membutuhkan persiapan, terutama psikis, dengan tak hanya melihatnya sebagai sesuatu yang hadir alamiah. Memperbanyak informasi akan memudahkan pasutri muda menjalani dan melewati masa membahagiakan ini dengan lebih menyenangkan.
Tips Memulai Usaha Bagi Pemula
* Summary rating: 3 stars (92 Tinjauan)
* Kunjungan : 6270
* kata:600
* Comments : 1
More About : tips memulai usaha
Ingin berbisnis tetapi Anda termasuk daun hijau? Tidak perlu khawatir. Nikmati tip-tip di bawah untuk Anda yang akan memulai bisnis baru atau berwirausaha meski masih muda dalam dunia usaha.
1. Miliki Mimpi!
Awal dari terwujudnya kesuksesan besar adalah mimpi besar. Bermimpi memiliki tempat usaha di mana-mana, cabang di mana-mana, mendirikan dua sampai tiga perusahaan sekaligus, omzet mencapai milyaran rupiah, banyak pelanggan dalam negeri maupun luar negeri, dan menuai kesuksesan-kesuksesan masa depan lainnya. Mimpi ini Anda jadikan sebagai motivasi untuk menggali ide-ide kreatif dalam menciptakan sebuah usaha. Nikmati mimpi tersebut tanpa menghentikan langkah nyata berusaha.
2. Obsesi dan Hobby
Tanamkan obsesi kuat meraih cita-cita Anda. Mulailah memperhatikan hobi Anda yang belum sempat Anda lirik sekalipun. Hobi menulis, bercerita, memasak, bermain bulu tangkis, main catur, membuat desain dan hobi lain yang mungkin hanya dipandang sebelah mata saja. Rahasianya ada pada kesungguhan hati Anda untuk menekuni salah satu hobi Anda. Ambilah satu dari hobi Anda yang menurut Anda cocok untuk dijadikan usaha. Berikan sepenuh hati Anda dalam menjalankan hobi Anda. Satu hal yang harus Anda pegang, semua berawal dari hal kecil, dan kerjakeras.
3. Sadari Realitas
Meskipun saya menyarankan bermimpi hal besar, saya katakan itu guna motivasi dan pencarian obsesi Anda yang sebenarnya. Di kala sudah bermimpi maka kembalilah pada kenyataan. Lihatlah apa-apa yang sudah Anda miliki dan hitung seberapa besar modal yang harus digunakan untuk menjalankan bisnis Anda. Mulailah dari apa yang Anda merasa ahli dibidangnya. Tidak perlu membandingkan dengan orang lain. Hanya fokus pada usaha baru Anda dan rencana-rencana untuk mengembangkannya.
4. Memiliki Rencana Bertahap
Tidak ada yang langsung jadi di dunia ini. Semua dimulai melalui tahapan-tahapan kejadian. Begitu pula Anda yang baru merintis usaha, apalagi masih hijau. Hal pertama pastilah masalah modal. Jika memang modal Anda hanya sedikit, ikuti saja peraturannya. Anda wajib berpikir dua kali dalam menggunakan modal yang ada. Rencanakan sesuai kepentingan saja. Yakinlah bahwa keuntungan akan datang sendiri jika menjalankan tahap usaha dengan benar.
5. Menyusun Rencana Kreatif
Menjalankan usaha tidak sederhana jika menginginkan hasil maksimal. Berusahalan memiliki ide bisnis kreatif. Baik dari segi produk yang sedang Anda usahakan, pengelolaan modal, penjajakan jaringan, atau rencana kretif lain seperti pelayanan customer, bonus-bonus produk, launching produk, dal sebagainya.
6. Miliki Ide Antisipasi Masalah Bisnis
Dunia bisnis sarat dengan ketegangan. Bila kita tidak menyiapkan beberapa senjata yaitu rencana-rencana kreatif, bisa jadi malah terjebak dalam lingkar bisnis tidak menyenagkan. Awal bisnis yang baik memerlukan susunan rencana cadangan. Karena tidak semua berjalan mulus. Jika suatu saat usaha Anda mengalami goncangan baik modal maupun kinerja usaha, maka susunan rencana Anda yang lain siap menolong Anda.
7. Rancang Anggaran Anda
Setelah beberapa waktu usaha Anda berjalan dan mulai terlihat usaha makin menguntungkan, segeralah menyusun anggaran sesuai pos-pos penting untuk kelangsungan usaha Anda. Tempatkan pengeluaran dan pemasukan dalam wadah yang berbeda. Berhati-hatilah di area anggaran ini, karena jika tidak tepat Anda akan kesulitan menanganinya.
Semoga Berhasil!
Lebih lanjut tentang: Tips Memulai Usaha Bagi Pemula
Kamis, 10 Februari 2011
Anak-anak Nakal
Seperti halnya kita orang tua, anak-anak pun juga memiliki watak ganda. Kadang menyenangkan, kadang menjengkelkan. Di sebuah kantor, saya pernah melihat seorang karyawan, yang karena sebuah persoalan harus mengajak serta anaknya. Anak ini berlari-lari riang tanpa rasa takut, main teriak sana-sini, dan meskipun terganggu, orang-orang mencoba memakluminya.Puncaknya ketika anak ini, sambil berlari menabok pantat seseorang tanpa pernah menduga, bahwa pemilik pantat itu adalah atasan bapaknya.
Di sebuah kampung, ada anak yang seluruh penderitaannya gagal memancing iba, gara-gara ulahnya sendiri. Dari semua sisi, ia sebetulnya anak sengsara. Hidup cuma bersama ibunya, bapaknya telah meninggal dan ibunya menganggur pula. Tapi anak ini memiliki kemampuan ekstra dalam meludah dan ia kerap meludahi siapa saja lebih-lebih kepadaorang yang iseng menggodanya.
Seperti Anda, saya juga penyuka anak-anak, atausetidaknya bukan jenis manusia yang jahat terhadap anak. Tapi pengalaman berikut ini membingungkan saya. Ada seorang kawan yang di antara kami selalu menjaga kesopanan dalam pergaulan. Kesopanan itu pula yangsaya peragakan ketika suatu kali kamibertemu dia bersama anak kecilnya. Anak yang tampak sehat dan cerdas dan dengan gaya orang tua penyayang anak, saya menggodanya. Tapi balasannya adalah gamparan keras tepat di mata saya.
Sepintar saya bersikap ramah, semulia apapun hati saya, tamparan ini membuat mata saya merah dan berair. Membutuhkan waktu ekstra bagi saya untuk menenangkan diri, menahan malu dan masih pula harus menentramkan hati orang tua si anak yang harus tak enak hati. Si kawan ini meminta maaf dengan gegap gempita, danuntuk menenangkan hatinya, sayatetap mengoda anak ini, mencoba tertawa-tawa, mengelus-elus pantanya, tapi sebetunya yang saya lalukan adalah diam-diam mencubitnya, kerassekali, tanpa orang tuanya tahu bahwa saya telah melunaskan sakit hati ini.
Sakit hati seperti itu tentu sesuatu yang saya sesali. Menyadari bahwa ternyata saya juga seorang pendendam, bahkan terhadap anak kecil, adalah kenyataan yang membuat saya kecewa pada diri sendiri. Tapi kekecewaan serupa ternyata bisa terus saya ulangi. Kejengkelan saya terhadap anak-anak seperti godaan yang harus saya akrapi.
Misalnya terhadap anak tetangga yang ini, yang jika harus bertandang ke rumah langsung mengobrak-abrik apa saja. Repotnya, anak ini benar-benar menganggap semua orang tua di dunia ini adalah orang tuanya. Semuanya harus serba boleh, termasuk mencoret-coret tembok rumah, memreteli mainan, dan membongkari barang-barang. Jika kami menegurnya baik-baik, ia tak merasa, jika kami menghardiknya ia melawan, jika kami mencowel pantatnya, ia ganti akan memainkan cakarnya. Jika kami mendelik ia akan menggeram. Horor sekali perlawanan anak ini dan ini membuat kami malu jika harus terprovokasi.
Pendek kata habis akal kami mengadapi anak ini. Semua jenis hardikan tak mempan untuknya karena tak pernah ia tanggapi. Cara satu-satunya adalah memutuskan kata tidak bagi anak ini ketika hendakmain ke rumah. Kami putuskan untuk berceraisecara pergaulan kepadanya katimbang kami tersiksa oleh kenakalannya.
Sedih juga saya harus memutuskan ini. Betapa memang rendah mutu kesabaransaya. Dalam keadaan kecewa seperti ini saya jadi membayangkan wajah tokoh pecinta anak-anak, Kak Seto yang ramah itu, dengan rasa iri. Sungguh wajah yang penuh tawa dan kesabaran, wajah yang selalu di kepung anak-anak yang gembira dibuatnya. Ingin saya meminta nasihat Kak Seto bagaimana caranya sabar mengahadapi kenakalan anak seperti ini. Ingin saya berbagai pengalaman,apa cara Kak Seto jika pernah ditampar mukanya seperti saya itu.
Tapi sebelum saya ketemu Kak Seto, nasihat itu ternyata keburu diberikan oleh daun pintu rumah saya yang suatu hari terkunci, sementara anak kuncinya tertinggal di dalam. Kami yang tengah buru-buru itu malah melakukan kekeliruan yang tak perlu. Tapi semuanya sudahterlanjur. Anak kunci itu menggeletak didalamdan kami hanya bisa putus asa menatapnya.
Ada memang potensi pertolongan, tapi tak seberapa bentuknya, yakni cuma berupa lubang dari jendela yang kami lupa menguncinya dari dalam. Jendela ini bisa dibuka tapi karena bentuknya, ia cuma menyediakan sedikit lubangsaja. Siapa lagi yang sanggup menerobos lubang sempit ini, tak ada kecuali anak dengan potongan tubuh ekstra mungil dan seluruh kampung, hanya anak nakal itulah yang cocok mengembantugas ini.
Akhirnya anak inilah yang kami datangkan dengan segenap rasa malu. Dengan tubuhnya yang enteng gampang saja iamenelusup ke lubang ini unruk mengambilkan anak kunci untuk kami. Ia bangga sekali akan tugasnya dan tawanya itu jelas tawa seorang anak yang sama sekali tidak pernah menaruh dendamapapun kepada kami yang pernah dendam kepadanya itu.
Prie GS
Rabu, 09 Februari 2011
MENGGAPAI MAHLIGAI CINTA MELALUI PERNIKAHAN BAROKAH
Intisari PQS Al-Azhar 13 Mei 2001
KH. Abdullah Gymnastiar/Aa Gym
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah,
Berbicara tentang pernikahan banyak yang menyesal.
Menyesal kalau tahu begini nikmat kenapa tidak dari
dulu. Menyesal ternyata banyak deritanya. Menikah itu
tidak mudah, yang mudah itu ijab kabulnya. Rukun nikah
yang lima harus dihapal dan wajib lengkap kesemuanya.
Begitu pula dengan syarat wajib nikah pada pria yang
harus diperhatikan. Bagaimana jika kita belum punya
biaya? Harus diyakini bahwa tiap orang itu sudah ada
rezekinya. Menikah itu menggabungkan dua rezeki,
rezeki wanita dan laki-laki bertemu, masalahnya adalah
apakah rezeki itu diambil dengan cara yang barokah
atau tidak. Allah tidak menciptakan manusia dengan
rasa lapar tanpa diberi makanan. Allah menghidupkan
manusia untuk beribadah yang tentu saja memerlukan
tenaga, mustahil Allah tidak memberi rezeki kepada
kita.
Biaya pernikahan bukanlah perkara mahal, yang penting
ada. Maka kalau sudah darurat bahkan mengutang untuk
menikah diperbolehkan daripada mendekati zina. Kalau
sudah menikah setelah ijab kabul, jangan jadi riya
dengan mengadakan resepsi yang mewah. Hal ini tidak
akan menjadi barokah. Misalnya dalam mengundang, hanya
menyertakan orang kaya saja, orang miskin tidak
diundang. Bahkan Rasulullah melarang mengundang dengan
membeda-bedakan status. Dalam mengadakan resepsi
jangan sampai mengharapkan balasan income yang
didapat.
Masalah mas kawin yang paling bagus adalah emas dan
uang mahar yang paling bagus adalah uang. Berilah
wanita sebanyak yang kita mampu, jangan hanya berkutat
dengan seperangkat alat sholat saja. Rasulullah lebih
mengutamakan emas dan uang dan inilah hak wanita. Awal
nikah jangan membayangkan punya rumah yang bagus. Maka
perkataan terbaik suami kepada istrinya adalah
menasehati istri agar dekat dengan Allah. Jika istri
dekat dengan Allah maka ia akan dijamin oleh Allah
mudah-mudahan lewat kita.
Tiga rumus yang harus selalu diingat terdapat dalam
surah Al-Asyr. Setiap bertambah hari, bertambah umur,
kita itu merugi kecuali tiga golongan kelompok yang
beruntung. Golongan pertama adalah orang yang selalu
berpikir keras bagaimana supaya keyakinan dia kepada
Allah meningkat. Sebab semua kebahagiaan dan kemuliaan
itu berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kepada
Allah. Tidak ada orang ikhlas kecuali yakin kepada
Allah. Tidak ada sabar kecuali kenal kepada Allah.
Tidak ada orng yang zuhud kepada dunia kecuali orang
yang tahu kekayaan Allah. Tidak ada orang yang tawadhu
kecuali orang yang tahu kehebatan Allah. Makin akrab
dan kenal dengan Allah semua dipandang kecil. Setiap
hari dalam hidup kita seharusnya dipikirkan bagaimana
kita dekat dengan Allah.
Kalau Allah sudah mencintai mahluk segala urusan akan
beres. Salah satu bukti seperseratus sifat pemurah
Allah yang disebarkan kepada seluruh mahlukNya bisa
dilihat sikap seorang ibu yang melahirkan seorang anak
Kesakitan waktu melahirkan, hamil sembilan bulan tanpa
mengeluh yang belum tentu anak tersebut akan membalas
budinya. Tidak tidur ketika anaknya sakit, mengurus
anak dari mulai TK sampai SMA. Memikirkan biaya
kuliah. Mulai nikah dibiayai sampai punya anak bahkan
juga diterima tinggal di rumah sang ibu. Tetapi
kerelaannya masih saja terpancar. Itulah seperseratus
sifat Allah.
Selalu komitmen mau kemana rumah tangga ini akan
dibawa. Mungkin sang ayah atau ibu yang meninggal
lebih dulu yang penting keluarga ini akan kumpul di
surga. Apapun yang ada dirumah harus menjadi jalan
mendekat kepada Allah. Beli barang apapun harus barang
yang disukai Allah. Supaya rumah kita menjadi rumah
yang disukai Allah. Boleh punya barang yang bagus
tanpa diwarnai dengan takabur. Bukan perkara mahal
atau murah, bagus atau tidak tetapi apakah bisa
dipertanggungjawabkan disisi Allah atau tidak.
Bahkan dalam mendengar lagu yang disukai Allah siapa
tahu kita dipanggil Allah ketika mendengar lagu.
Rumah kita harus Allah oriented. Kaligrafi dengan
tulisan Allah. Kita senang melihat rumah mewah dan
islami. Jadikan semua harta jadi dakwah mulai mobil
sampai rumah. Tiap punya uang beli buku, buat
perpustakaan di rumah untuk tamu yang berkunjung
membaca dan menambah ilmu. Jangan memberi hadiah
lebaran hanya makanan, coba memberi buku, kaset dan
bacaan lain yang berguna.
Jangan rewel memikirkan kebutuhan kita, itu semua
tidak akan kemana-mana. Allah tahu kebutuhan kita
daripada kita sendiri. Allah menciptakan usus dengan
disain untuk lapar tidak mungkin tidak diberi makan.
Allah menyuruh kita menutup aurat, tidak mungkin tidak
diberi pakaian. Apa yang kita pikirkan Allah sudah
mengetahui apa yang kita pikirkan. Yang harus kita
pikirkan adalah bagaimana dekat dengan Allah,
selanjutnya Allah yang akan mengurusnya. Kita
cenderung untuk memikirkan yang tidak disuruh oleh
Allah bukan yang disuruhNya.
Kalau hubungan kita dengan Allah bagus semua akan
beres. Barang siapa yang terus dekat dengan Allah,
akan diberi jalan keluar setiap urusannya. Dan dijamin
dengan rezeki dari tempat yang tidak diduga-duga. Dan
barang siapa hatinya yakin Allah yang punya segalanya,
akan dicukupkan segala kebutuhannya. Jadi bukan dunia
ini yang menjadi masalah tetapi hubungan kita dengan
Allah-lah masalahnya.
Golongan kedua adalah rumah tangga yang akan rugi
adalah rumah tangga yang kurang amal. Jangan capai
memikirkan apa yang kita inginkan, tapi pikirkan apa
yang bisa kita lakukan. Pikiran kita harusnya hanya
memikirkan dua hal yakni bagaimana hati ini bisa
bersih, tulus, dan bening sehingga melakukan apapun
ikhlas dan yang kedua teruslah tingkatkan kekuatan
untuk terus berbuat. Pikiran itu bukan mengacu pada
mencari uang tetapi bagaimana menyedekahkan uang
tersebut, menolong, dan membahagiakan orang dengan
senyum. Sehingga dimanapun kita berada bagai pancaran
matahari yang menerangi yang gelap, menuai bibit,
menyemarakkan suasana. Sesudah itu serahkan kepada
Allah. Setiap kita memungut sampah demi Allah itu akan
dibalas oleh Allah.
Rekan-rekan Sekalian,
Mari kita ubah paradigmanya. Rumah tangga yang paling
beruntung adalah rumah tangga yang paling banyak
produktifitas kebaikannya. Uang yang paling barokah
adalah uang yang paling tinggi produktifitasnya, bukan
senang melihat uang kita tercatat di deposito atau
tabungan. Uang sebaiknya ditaruh di BMT. Yang terjadi
adalah multiefek bagi pihak lain, hal ini menjadikan
uang kita barokah. Daripada uang kita disimpan di Bank
kemudian Banknya bangkrut, disimpan di kolong kasur
takut dirampok.
Kaya boleh asal produktif. Boleh mempunyai rumah
banyak asal diniatkan agar barokah demi Allah itu akan
beruntung. Beli tanah seluas-luasnya. Sebagian
diwakafkan, kemudian dibangun masjid. Pahala akan
mengalir untuk kita sampai Yaumil Hisab. Makanya terus
cari uang bukan untuk memperkaya diri tapi
mendistribusikan untuk ummat. Sedekah itu tidak akan
mengurangi harta kita kecuali bertambah. Jadi pikiran
kita bukan akan mendapat apa kita? tapi akan berbuat
apa kita?. Apakah hari ini saya sudah menolong orang,
sudahkah senyum, berapa orang yang saya sapa, berapa
orang yang saya bantu?
Makin banyak menuntut makin capai. Makin kuat kita
menuntut kalau Allah tidak mengijinkan maka tidak akan
terwujud. Kita minta dihormati, malah Allah akan
memperlihatkan kekurangan kita. Kita malah akan
dicaci, hasilnya sakit hati. Orang yang beruntung,
setiap waktu pikirannya produktif mengenai kebaikan.
Selagi hidup lakukanlah, sesudah mati kita tidak akan
bisa. Kalau sudah berbuat nanti Allah yang akan
memberi, itulah namanya rezeki. Orang yang beruntung
adalah orang yang paling produktif kebaikannya.
Yang ketiga rumah tangga atau manusia yang beruntung
itu adalah pikirannya setiap hari memikirkan bagaimana
ia bisa menjadi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran
dan ia pecinta nasihat dalam kebenaran dan kesabaran.
Setiap hari carilah input nasihat kemana-mana.
Kata-kata yang paling bagus yang kita katakan adalah
meminta saran dan nasihat. Ayah meminta nasihat kepada
anak, niscaya tidak akan kehilangan wibawa. Begitu
pula seorang atasan di kantor.
Kita harus berusaha setiap hari mendapatkan informasi
dan koreksi dari pihak luar, kita tidak akan bisa
menjadi penasihat yang baik sebelum ia menjadi orang
yang bisa dinasihati. Tidak akan bisa kita memberi
nasihat jika kita tidak bisa menerima nasihat. Jangan
pernah membantah, makin sibuk membela diri makin jelas
kelemahan kita. Alasan adalah kelemahan kita. Cara
menjawab kritikan adalah evaluasi dan perbaikan diri.
Mungkin membutuhkan waktu sebulan bahkan setahun.
Nikmatilah nasihat sebagai rezeki dan bukti kesuksesan
hidup. Sayang hidup hanya sekali dan sebentar hanya
untuk menipu diri. Merasa keren di dunia tetapi hina
dihadapan Allah. Merasa pinter padahal bodoh dalam
pandangan Allah.
Mudah-mudahan kita bisa menerapkan tiga hal diatas.
Setiap waktu berlalu tambahlah ilmu agar iman
meningkat, setiap waktu isi dengan menambah amal.
Alhamdulillah
Senin, 07 Februari 2011
Membentuk Keluarga Islami yang Harmonis
Membentuk Keluarga Islami yang Harmonis
Maha suci Allah yang telah menciptakan makhlukNya berpasang-pasangan. Salah satu
petunjuk Rasulullah SAW yang patut kita teladani adalah cara beliau membangun rumah tangga. Rasulullah SAW adalah pribadi yang sukses dan cermin dari keluarga Islami, yang benar-benar sakinah, mawaddah dan rahmah. Beliau adalah figur seorang suami yang bertanggung jawab kepada istri dan anak-anaknya. Beliau sosok suami yang menjadi tolak ukur dalam menilai kebaikan seorang suami terhadap istrinya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : khoirukum khoirukum liahlihi wa ana khoirukum liahly. (sebaik-baik suami di antara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian kepada keluargaku).
Rumah tangga disamping sebagai fitrah, atau sunnatullah, juga merupakan kebutuhan biologis manusia, yang akan menentukan kehadiran dan kualitas generasi penerus. Keluarga juga cikal bakal dari umat, bangsa dan negara. Maka sungguh indah dan sempurna syariat Islam ketika berbicara tentang rumah tangga, demikian juga al-Quranul Karim memberi perhatian yang sangat besar dari kehidupan berumah tangga. Mulai dari pra nikah, proses nikah, pasca nikah, sampai dengan pasca kematian yaitu adanya waris. Yang unik lagi rumah tangga juga merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT sebagaimana sabda Rasulullah SAW : ‘barang siapa yang telah menunaikan nikah berarti dia telah menunaikan separoh ajaran agama, maka hendaknya ia menyempurnakan sisanya dengan bertakwa kepada Allah SWT’.
Tujuan utarna dari sebuah pernikahan telah disebut oleh Allah SWT dalam Al Qurannul Karim surat Ar Rum ayat 21 litaskunuu ilaihaa waja’ala bainakum mawada warohrnah (supaya kalian cenderung merasa tenteram kepada-nya dan dijadikannya kalian rasa kasih sayang). Setiap orang merindukan hidup bahagia dalam jalinan sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warohmah.
Bertaqwa kepada Allah adalah awal dari segalanya. Semakin tebal ketaqwaan, semakin tinggi kemampuannya merasakan kehadiran Allah SWT dalam rumah tangganya. Untuk itu visi utama yang harus dimiliki o!eh keluarga muslim yang harmonis adalah Allah oriented. Kedua, istiqomah dalam berarnal soleh. Sosiologi muslim, Ibnu Khaldun berkata: al insanu rnadaniun bitoba’ (manusia adalah makhluk sosial). Islam memerintahkan segenap manusia untuk berjama’ah dan berlomba dalam berbuat kebaikan, karena orang tidak bisa berbuat sendirian, mereka satu sama lain harus bermitra dalam mencapai kebaikan bersama. Oleh karena itu, rumah langga yang beruntung adalah rumah tangga yang paling banyak produktivitas kebaikannya. Kaya boleh, asal produktif, boleh memiliki rumah banyak dan megah asalkan diniati sebagai sarana meraih berkah Allah SWT.
Mari kita buat visi rumah tangga kita yang seliap waktu produktif dalam amal kebaikan. Ketiga, saling menasehati. Maknanya adalah menyuruh berbuat kebaikan dan melarang kemungkaran, yaitu mengajak orang lain berbuat kebaikan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dan mengajak meninggalkan perbuatan yang dapat menjauhkan dari Allah. Dengan demikian rumah tangga yang beruntung adalah rumah tangga yang setiap anggota rumah tangga, baik suami istri maupun anak bisa saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Inilah seharusnya yang menjadi salah satu visi dari keluarga muslim yang harmonis.
Terakhir, ada beberapa pilar yang harus diperhatikan bagi yang merindukan keluarga sakinah dan harmonis. Pertama, calon suami ataupun isteri haruslah bibit unggul, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, al irku dasas (gen akan sangat berpengaruh pada anak keturunan). Bibit unggul suami istri didasarkan atas empat kriteria, yaitu agama, rupa, harta dan tahta. Namun aspek agamalah yang paling menentukan, fadzfar bidzatid-diin taribat yadaka, (kalau kalian pilih agamanya, maka beruntunglah kalian). Kedua, adalah proses pernikahannya harus sesuai ajaran Islam. Ketiga, manajemen keluarga yang Qur’ani. Suami bertindak sebagai pemimpin dan presiden rumah tangga, yang berorientasi pada tangung jawab moral dan materi. Dan isteri bertindak sebagai ibu rumah tangga, loyal kepada pimpinan, menjaga diri, harta dan harga diri suami serta rahasia keluarga, penuh keibuan dan kasih sayang kepada semua. Keempat, makanan dan minuman yang halal. Karena Rasulullah pernah bersabda: kullu lahmin nabata min haroomin fannaaru aula bihaa (setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka tempat yang pantas adalah di neraka).
Kelima. membentengi anak dengan imunisasi total, yakni imunisasi fisik dengan obat medis, dan imunisasi ruhani dari ancaman dan godaan setan. Yakni pra hubungan biologis antara suami dan istri diawali dengan doa: Alloohumma jannibnasy-syaiton wa jaanibisy syaithoona maa rozaqtana (Ya Allah jauhkan kami dari syetan dan jauhkanlah syetan dari anak yang akan Engkau anugerahkan kepada kami). Demikian juga pada saat kelahiran, dengan adzan di telinga kanan, iqornah di telinga kiri. Kemudian pesta kelahiran dengan aqiqoh shadaqoh dan infak. Keenan, memerankan bapak dan ibu sebagai pendidik pertama dan utama, sekaligus sebagi teladan dan idola anak dengan menjaga dan memelihara fitrah anak yang bertauhid dengan menanamkan aqidah syariah dan akhlak. Kemudian mendidik shalat dan membiasakan berjamaah di masjid. Selanjutnya menghiasi rumah dengan shalat dan bacaan al-Quran, serta memotivasi untuk cinta kepada ilmu dan gemar membaca, serta membiasakan berdoa, berinfak, bershadaqoh serta peduli kepada fakir miskin dan anak-anak yatim. Selanjutnya memilih lembaga pendidikan yang menjanjikan iman, ilmu dan amal.
Ketujuh, mengkondisikan iklim keluarga yang gemar musyawarah gemar memberi, memohon maaf dan pandai berterima kasih. Kedelapan, mereferensi dan merujuk semua permasalahan hukum kepada al-Ouranul karim dan al-Sunnah sebagai surnber hukum ilahi. Kesembilan, selalu berwasiat dalam kebaikan, kebenaran, kesabaran dan ketaqwaan khususnya dalam hal ibadah. Sebagaimana dicontohkan olen para nabi terdahulu, sepedi Nabi lbrahim dan Nabi Ya’kub: maa ta’buduuna min ba’dii (apa yang akan kamu sembah anakku sepeninggalku).
Keseputuh, membiasakan dengan amal-amal sunnah antara lain shalat sunnah rawatib, qabliyah maupun ba’diyah, shalat sunnah tahiyyatal masjid, shalat sunnah Dhuha, shalat malarn ataupun tahajjud, puasa sunnah Senin dan Kamis, serta berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada tetangga, hormat kepada tamu. Semua pilar-pilar tersebut apabila kita implementasikan dalam kehidupan keluarga kita, maka tidak mustahil akan terwujud dengan nyata, kelaurga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Oleh : KH Ahmad Thoha, MA
[source: Masjid Al-Akbar Surabaya]
Kamis, 03 Februari 2011
Wanita Solehah :
Wanita Solehah :
Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
Wanita yang didunianya solehah akan menjadi cahaya bagi keluarganya, melahirkan keturunan yang baik dan jika wafat di akhirat akan menjadi bidadari. Hikam: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara faraz-nya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara faraz-nya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya. Rosulullah saw bersabda: "Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang solehah." (HR. Muslim) Wanita solehah merupakan penentram batin, menjadi penguat semangat berjuang suami, semangat ibadah suami. Suami yakin tidak akan dikhianati, kalau ditatap benar-benar menyejukkan qolbu, kalau berbicara tutur katanya menentramkan batin, tidak ada keraguan terhadap sikapnya. Pada prinsipnya wanita solehah adalah wanita yang taat pada Allah, taat pada Rasul. Kecantikannya tidak menjadikan fitnah pada orang lain. Kalau wanita muda dari awal menjaga dirinya, selain dirinya akan terjaga, juga kehormatan dan kemuliaan akan terjaga pula, dan dirinya akan lebih dicintai Allah karena orang yang muda yang taat lebih dicintai Allah daripada orang tua yang taat. Dan, Insyaallah nanti oleh Allah akan diberi pendamping yang baik. Agar wanita solehah selalu konsisten yaitu dengan istiqomah menimba ilmu dari alam dan lingkungan di sekitarnya dan mengamalkan ilmu yang ada. Wanita yang solehah juga dapat berbakti terhadap suami dan bangsanya dan wanita yang solehah selalu belajar. Tiada hari tanpa belajar. -------------------------------------------------------
Rabu, 02 Februari 2011
Rumah Tangga yang Menyenangkan Tausyiah Aa Gym
Rumah Tangga yang Menyenangkan Tausyiah Aa Gym
Rumah Tangga yg Menyenangkan{Meminimalkan Potensi Konflik} K.H. Abdullah Gymnastiar Banyak orang yg menyangka bahwa pernikahan itu indah. Padahal sebetulnya? Indah ..sekali. Tak sedikit yg menyesal kenapa tak dari dulu menikah.
Sahabat itu adl secuplik ungkapan yg lazim terdengar tentang pernikahan. Namun jelas tak segampang yg dibayangkan utk membina sebuah keluarga. Membangun sebuah keluarga sakinah adl suatu proses. Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah. Namun lbh kepada ada keterampilan utk manajemen konflik.
Ada tiga jenis manajemen konflik dalam rumah tangga yaitu pencegahan terjadi konflik menghadapai tatkala konflik terlanjur berlangsung dan apa yg harus dilakukan setelah konflik reda.
Pada kesempatan pertama insya Allah kta akan mengurai tentang bagaimana meminimalkan terjadi konflik di dalam rumah tangga kia.
1. Siap dgn hal yg tak kita duga Pada dasar kita selalu siap utk mendapatkan apa yg kita inginkan. Mudah bagi kita bila yg terjadi cocok dgn harapan kita. Namun bagaimanapun tiap orang itu berbeda-beda. Tidak semua harus sama “gelombangnya” dgn kita. Maka yg harus kita lakukan adl mempersiapkan diri agar potensi konflik akibat perbedaan ini tak merusak.
Dalam rumah tangga bisa jadi pasangan kita teryata tak seideal yg kita impikan. Maka kita harus siap melihat ternyata dia tak rapi tak secantik yg dibayangkan atau tak segesit yg kita harapkan. misalnya. Kita harus berlapang dada sekali andai ternyata apa yg kita idamkan tak ada pada dirinya. Juga sebalik apabila yang luar biasa kita benci. Ternyata isteri atau suami kita memiliki sikap tersebut.
2. Memperbanyak pesan Aku Tindak lanjut dan kesiapan kita menghadapi perbedaan yg ada adl memeperbanyak pesan aku. Sebab umum makin orang lain menegetahui kita makin siap dia menghadapi kita. Misal sebagai isteri kita terbiasa katakanlah mengorok ketika tidur. Maka agar suami dapat siap menghadapi hal ini kita bisa mengatakan “Mas orang bilang kalau tidur saya itu suka ngorok.. jadi Mas siap-siap saja. Sebab sebetul saya sendiri enggak niat ngorok.” Lalu sebagai suami misal kita menyatakan keinginan kita: “Saya kalau jam tiga suka bangun. Tolonglah bangunkan saya. Saya suka menyesal kalau tak Tahajjud. Dan kalau sedang Tahajjud saya tak ingin ada suara yg mengganggu.” Dengan demikian diharapkan tak terjadi riak-riak masalah akaibat satu sama lain tak memahami nilai-nilai yg dipakai oleh pasangan hidupnya. Sebab sangat mungkin orang membuat kesalahan akibat dia tak tahu tata nilai kita. Yang dampak akan banyak muncul ketersinggungan-ketersinggungan. Maka di sinilah perlu kita belajar memberitahukan. Memberitahukan apa yag kita inginkan. Inilah esensi dari pesan aku. Dengan demikian ini akan membuat peluang konflik tak membesar. Karena kita telah mengkondisikan agar orang memahami kita. Sungguh tak usah malu menyatakan harapan ataupun keberatan-keberatan kita. Sebab justru dgn keterbukaan seperti ini pasangan hidup kita dapat lbh mudah dalam menerima diri kita. Termasuk dalam hal keberadaan orang lain. Misal orang tua kita akan datang. Maka adl suatu tindakan bijaksana apabila kita mengatakan kepada suami tentang mereka. Sebagai contoh orang tua kita mempunyai sikap cukup cerewet senang mengomentari ini itu. Maka katakan saja: “Pak.. saya tak bermaksud meremehkan. Namun begitulah adanya. Orang tua saya banyak bicara. Jangan terlalu difikirkan itu memang sudah kebiasaan mereka. Juga dalam hal makanan yg ikhlas saja ya Pak..kalau nanti mereka makan pada lumayan banyak..” Sungguh sahabat makin kita jujur maka akan semakin menentramkan perasaan masing-masing di antara kita. Alkisah ada sebuah keluarga. Sering sekali terjadi pertengkaran. Akhir suatu ketika si isteri bicara “Pak maaf ya keluarga kami memang bertabiat keras. Sehingga bagi kami kemarahan itu menjadi hal yg amat biasa.” Lalu suami membalas “Sedangkan Papa lahir dari keluarga pendiam dan jarang sekali ada pertempuran..” Jelas itu akan membuat keadaan berangsur lbh baik dibanding terus menerus bergelut dalam pertengkaran-pertengkaran yg semesti tak terjadi. Jadi kita pun harus berani utk mengumpulkan input-input tentang pasangan kita. Misal ternyata dia punya BB atau bau badan. Maka kita bisa menyarankan utk meminum jamu sekaligus memberitahukan bahwa kadar ketahanan kita terhadap bau-bauan rendah sekali. Sehingga ketika kita tiba-tiba memalingkan muka dari dia isteri kita itu tak tersinggung. Karena tata nilai sudah disamakan. Tentu dgn saling keterbukaan seperti itu masalah akan menjadi lbh mudah dijernihkan dibanding masing-masing saling menutup diri. Ketertutupan pada akhir akan membuat potensi masalah menjadi besar. Kita menjadi mengarang kesana kemari membayangkan hal yg tak tak berkenaan dgn pasanagan hidup kita. Dongkol marah benci dan seterusnya. Padahal kalau saja didiskusikan bisa jadi masalah menjadi sangat mudah diselesaikan. Dan potensi konflik pun menjadi minimal. 3. Tentang aturan Kita harus memiliki aturan-aturan yg disepakati bersama. Karena kalau tak tahu aturan bagaimana orang bisa nurut? Bagaimana kita bisa selaras? Jadi kita harus membuat aturan sekaligus..sosialisasikan! Misal isteri kita jarang mematikan kran setelah mengguanakan. Bisa jadi kita dongkol. Disisi lain boleh jadi isteri malah tak merasa bersalah sama sekali. Sebab dia berasal dari desa. Dan di desa. pancuran toh tak pernah ditutup. Begitu pula pada anak-anak. Kita harus mensosialisasikan peraturan ini. Tidak usah kaku. Buat saja apa yg bisa dilaksanakan oleh semua. Makin orang tahu peraturan maka peluang berbuat salah makin minimal.
sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym